وَإِذْ قَالُوا اللَّهُمَّ إِنْ كَانَ هَذَا هُوَ الْحَقَّ مِنْ عِنْدِكَ فَأَمْطِرْ عَلَيْنَا حِجَارَةً مِنَ السَّمَاءِ أَوِ ائْتِنَا بِعَذَابٍ أَلِيمٍ ، وَمَا كَانَ اللَّهُ لِيُعَذِّبَهُمْ وَأَنْتَ فِيهِمْ وَمَا كَانَ اللَّهُ مُعَذِّبَهُمْ وَهُمْ يَسْتَغْفِرُونَ
( الأنفال : 32- 33 )
“Dan (ingatlah), ketika mereka (orang-orang musyrik) berkata: "Ya Allah, jika betul (Al-Qur'an) ini, dialah yang benar dari sisi Engkau, maka hujanilah kami batu dari langit, atau datangkanlah kepada kami azab yang pedih, Dan Allah sekali-kali tidak akan mengajak mereka, sedang kamu berada diantara mereka. Dan tidaklah (pula) Allah akan mengajak mereka, sedang mereka meminta ampun.” ( QS. Al Anfal : 32 – 33 )
Allah tidak akan menimpakan siksa kepada mereka yang membangkang dan tidak beriman kepada Allah selama diantara mereka ada nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, karena masih ada orang yang paling dicintai Allah maka mereka yang dimurkai Allah selamat dari adzab Allah. Namun Allah Maha bijaksana maka kemuliaan itu diwariskan kepada ummat beliau shallallahu ‘alaihi wasallam sehingga Allah tidak akan menyiksa mereka selama masih ada diantara mereka yang beristighfar, selaras dengan makna firman Allah dalam surat Al Fath :
وَلَوْلَا رِجَالٌ مُؤْمِنُونَ وَنِسَاءٌ مُؤْمِنَاتٌ لَمْ تَعْلَمُوهُمْ أَنْ تَطَئُوهُمْ فَتُصِيبَكُمْ مِنْهُمْ مَعَرَّةٌ بِغَيْرِ عِلْمٍ لِيُدْخِلَ اللَّهُ فِي رَحْمَتِهِ مَنْ يَشَاءُ لَوْ تَزَيَّلُوا لَعَذَّبْنَا الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْهُمْ عَذَابًا أَلِيمًا
( الفتح : 25 )
“Dan kalau tidaklah karena laki-laki yang mu'min dan perempuan-perempuan yang mu'min yang tiada kamu ketahui, bahwa kamu akan membunuh mereka yang menyebabkan kamu ditimpa kesusahan tanpa pengetahuanmu . Supaya Allah memasukkan siapa yang dikehendaki-Nya ke dalam rahmat-Nya. Sekiranya mereka tidak bercampur baur, tentulah Kami akan mengazab orang-orang kafir di antara mereka dengan azab yang pedih.” ( QS. Al Fath : 25 )
Jika bukan karena orang-orang yang beriman dan jika mereka tidak ada maka akan turun siksaan untuk semua mereka yang kufur kepada Allah. Ayat ini turun untuk penduduk Makkah sesudah Rasulullah hijrah, dimana sebagian kaum muslimin yang lemah dilarang oleh kuffar quraisy untuk hijrah, sebagian dari mereka rumahnya dikunci, ada yang dipasung atau diikat dan dijaga dengan penjagaan yang sangat ketat sehingga mereka tidak bisa berangkat ke Madinah Al Munawwarah, namun mereka orang-orang kafir Qureisy tidak mengetahui bahwa sesunguhnya keberadaan orang-orang yang beriman itulah yang menjadikan mereka selamat dari murka Allah, jika di Makkah tidak ada lagi yang beriman atau orang-orang yang beriman telah dibinasakan atau mereka keluar dari Makkah maka Allah akan menumpahkan bala’ pada penduduk Makkah. Namun kuffar quraisy tidak mengetahui kemulian mereka (para mu’minin) sehingga mereka terus ditindas. Maka keberadaan para shalihin menjadi benteng bagi yang lainnya. Dan malam ini dilaporkan telah hadir lebih dari 50.000 muslimin muslimat, bahkan bukan hanya di temapt ini saja, karena acara ini disiarkan secara langsung di streaming : www.majelisrasullah.org/ sehingga penduduk diseluruh dunia bisa menyaksikannya diantaranya di Denpasar, Bandung, Singapura, Malaysia dan wilayah-wilayah lainnya di seluruh barat dan timur. Dan sebagian dari mereka ada yang mengambil dari website ini kemudian disiarkan kembali di radionya masing-masing. Al Imam Ibn Batthal Ar berkata di dalam syarh kitab Muwattha’ Al Imam Malik tentang penjelasan hadits tadi, bahwa maksud hadits itu adalah ketika seseorang mencapai kesempurnaan iman maka ia akan diberi kefahaman oleh Allah subhanahu wata’ala bahwa hak dirinya dan keluarganya lebih patut dikesampingkan dari hak Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Pendapat ini sejalan dengan perkataan hujjatul islam Al Imam Ibn Hajar Al Asqalany yang menukil ucapan Al Imam Nawawy rahimahullah, yang menukil ucapan hujjatul islam Al Imam Qadhi ‘Iyadh rahimahullah yang mengatakan bahwa awal dari cinta kepada rasulullah adalah bermula dari kesempurnaan iman, sehingga seseorang ingin hidup di zaman rasulullah, ingin melihat wajah rasulullah, kemudian ia mulai berfikir untuk lebih lagi menganut rasulullah dalam perbuatan bathin dan zhahirnya, lalu ia mulai berfikir lagi untuk mengorbankan apa yang ada pada dirinya demi cintanya kepada sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam sebagaimana para shahabat mengorbankan nyawanya, keluarganya dan hartanya demi nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Hal seperti ini bukanlah kultus dalam syirik namun justru itu merupakan kesempurnaan iman seseorang, demikian makna hadits riwayat Shahih Al Bukhari dan Shahih Muslim. Dan kedua hadits ini didukung dengan firman Allah subhanahu wata’ala :
النَّبِيُّ أَوْلَى بِالْمُؤْمِنِينَ مِنْ أَنْفُسِهِمْ وَأَزْوَاجُهُ أُمَّهَاتُهُمْ وَأُولُو الْأَرْحَامِ بَعْضُهُمْ أَوْلَى بِبَعْضٍ فِي كِتَابِ اللَّهِ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ وَالْمُهَاجِرِينَ إِلَّا أَنْ تَفْعَلُوا إِلَى أَوْلِيَائِكُمْ مَعْرُوفًا كَانَ ذَلِكَ فِي الْكِتَابِ مَسْطُورًا
(الأحزاب : 6 )
“ Nabi itu lebih utama bagi orang-orang mu'min dari diri mereka sendiri ,dan isteri-isterinya adalah ibu-ibu mereka. Dan orang-orang yang mempunyai hubungan darah satu sama lain lebih berhak (waris mewarisi) di dalam Kitab Allah daripada orang-orang mu'min dan orang-orang Muhajirin, kecuali kalau kamu mau berbuat baik kepada saudara-saudaramu (seagama), yang demikian itu telah tertulis di dalam Kitab (Allah).” ( QS. Al Ahzab : 6 )
Dikutip dari: Ahlussunnah wal Jama'ah(Facebook Group)
No comments:
Post a Comment