Pada masa pemerintahan khalifah Umar bin Khattab, ada
seorang penggembala kambing yang hidup sebatang kara. Kedua orang tuanya telah
meninggal. Dan ia telah menjadi seorang hamba sahaya. Setiap hari pemuda itu
bekerja menggembalakan kambing milik tuannya. Digiringnya kambing itu dari satu
lembah ke lembah lain. Dijaganya kambing itu dengan sepenuh hati. begitulah
pemuda itu, sangat amanah dalam menjalankan tugasnya. Sehingga semakin gemuk
dan banyaklah kambing milik tuannya. Suatu hari, Umar bin Khattab lewat saat
pemuda itu sedang menggembalakan kambingnya. Tergeraklah hati Umar untuk
mengetes kejujuran pemuda tersebut. “Wahai pemuda, kambingmu sangatlah gemuk
dan bagus. Maukah kau menjual salah satu kambingmu itu kepadaku?” Tanya Umar.
Dijawablah oleh pemuda itu. “Kambing ini bukan milikku. Tapi milik tuanku.”
Umar pun kembali menguji pemuda itu. “Kambing tuanmu itu sangatlah banyak. Jika
kau ambil salah satu, tuanmu sepertinya tak akan tahu.” Lalu dijawablah oleh
pemuda itu. “Memang tuanku tak akan tahu. Tapi sungguh Allah maha tahu.”
Kisah pemuda di atas merupakan contoh dari muraqabah.
Muraqabah merupakan upaya untuk membuat diri kita terjaga. Terjaga dari apa?
Yaitu terjaga dari perbuatan dosa. Upaya apa yang harus kita lakukan agar diri
kita selalu terjaga? Yaitu selalu merasa diawasi oleh Allah dalam setiap
perbuatan kita. Dengan merasa diawasi, kita tak akan berani melakukan perbuatan
dosa sekecil apapun. Kita tak akan berani berbohong dalam perkara sekecil
apapun.
Salah satu akibat dari tidak adanya sifat muraqabah dalam
diri kita adalah berbedanya sikap kita di setiap waktu dan tempat. Contohnya,
kita di masjid berperilaku baik dan tak berani berbuat dosa, akan tetapi begitu
keluar dari masjid kita kembali melakukan perbuatan-perbuatan mungkar. Itulah
yang disebut dengan munafiq. Seharusnya, sebagai umat islam kita mesti
berperilaku baik di mana pun dan kapan pun. Jangan berbuat baik jika hanya ada
orang saja. Dan jangan pula berbuat buruk di saat tidak ada yang melihat.
Ada satu kisah lagi tentang muraqabah ini. Suatu hari ada
seorang guru yang mempunyai seorang murid kesayangannya. Murid ini begitu
disayangnya daripada murid lainnya karena ia sangat alim dan sangat baik
pengetahuannya. Hal ini pun membuat murid yang lain iri kepadanya. Setelah
mendengar banyak murid yang iri dengan murid kesayangannya ini, sang guru pun
membuat suatu tes. Semua muridnya disuruh menyembelih kambing sesuai dengan
syariat islam tanpa ada yang boleh melihat. Akhirnya semua murid ini mencari
tempat persembunyian sehingga mereka berhasil menyembelih kambing tanpa ada
yang melihat. Hanya satu yang gagal melakukan perintah gurunya ini. Yaitu si
murid kesayangan guru. Saat gurunya bertanya kenapa ia tidak berhasil
menyembelih kambing, si murid menjawab. “Bagaimana aku bisa melaksanakan
perintahmu untuk menyembelih kambing tanpa terlihat. Padahal Allah maha melihat
segalanya.”
Dari kisah ini bisa kita ambil pelajaran. Di mana pun kita,
Allah pasti bisa melihat kita. Meskipun kita ada di ruang tertutup yang tak ada
cahaya satupun bisa masuk, Allah tetap melihat kita. Melihat perbuatan dosa
yang kita lakukan. Melihat perbuatan baik yang kita lakukan. Semoga dengan khutbah Jum'at ini Allah membuat kita semakin bertaqwa. Semakin sadar diri bahwa Allah selalu melihat kita. Amin.