Orang
yang cinta kepada Allah maka ia akan mencintai nabi Muhammad
shallallahu ‘alaihi wasallam. Dan tidak ada yang melebihi kemuliaan para
ahlu Badr RA diriwayatkan dalam Shahih Al Bukhari bahwa mereka (ahlu
Badr) adalah semulia-mulia muslimin. Mereka adalah ahlu bait Rasulullah,
para sahabat rasulullah dari kaum Muhajirin dan Anshar, dari kaum
quraisy, dari golongan bangsa arab dan juga bukan dari bangsa arab,
orang-orang kaya dan miskin, para budak dan orang-orang merdeka
kesemuanya bersatu dalam satu panji “Laa ilaaha illallah Muhammadun
rasulullah”, untuk membela sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi
wasallam sehingga mereka dikatakan orang-orang yang paling utama dari
kaum muslimin. Diriwayatkan di dalam Shahih Al Bukhari ketika malaikat
Jibril as bertanya kepada Rasulullah : “wahai rasulullah, bagaimana
pendapatmu tentang Ahlul Badr?”, maka Rasulullah menjawab : “ mereka
adalah semulia-mulianya muslimin”, maka malaikat Jibril as berkata:
“Begitu pula para malaikat yang diperintah untuk bersama Ahlul Badr
mereka juga semulia-mulia malaikat”, kesimpulannya adalah mereka yang
bersama nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Allah subhanahu
wata’ala telah berfirman :
وَإِذْ قَالُوا اللَّهُمَّ إِنْ كَانَ هَذَا هُوَ الْحَقَّ مِنْ عِنْدِكَ
فَأَمْطِرْ عَلَيْنَا حِجَارَةً مِنَ السَّمَاءِ أَوِ ائْتِنَا بِعَذَابٍ
أَلِيمٍ ، وَمَا كَانَ اللَّهُ لِيُعَذِّبَهُمْ وَأَنْتَ فِيهِمْ وَمَا
كَانَ اللَّهُ مُعَذِّبَهُمْ وَهُمْ يَسْتَغْفِرُونَ
( الأنفال : 32- 33 )
“Dan (ingatlah), ketika mereka (orang-orang musyrik) berkata: "Ya
Allah, jika betul (Al-Qur'an) ini, dialah yang benar dari sisi Engkau,
maka hujanilah kami batu dari langit, atau datangkanlah kepada kami
azab yang pedih, Dan Allah sekali-kali tidak akan mengajak mereka,
sedang kamu berada diantara mereka. Dan tidaklah (pula) Allah akan
mengajak mereka, sedang mereka meminta ampun.” ( QS. Al Anfal : 32 – 33
)
Allah tidak akan menimpakan siksa kepada mereka yang membangkang dan
tidak beriman kepada Allah selama diantara mereka ada nabi Muhammad
shallallahu ‘alaihi wasallam, karena masih ada orang yang paling
dicintai Allah maka mereka yang dimurkai Allah selamat dari adzab Allah.
Namun Allah Maha bijaksana maka kemuliaan itu diwariskan kepada ummat
beliau shallallahu ‘alaihi wasallam sehingga Allah tidak akan menyiksa
mereka selama masih ada diantara mereka yang beristighfar, selaras
dengan makna firman Allah dalam surat Al Fath :
وَلَوْلَا رِجَالٌ مُؤْمِنُونَ وَنِسَاءٌ مُؤْمِنَاتٌ لَمْ تَعْلَمُوهُمْ
أَنْ تَطَئُوهُمْ فَتُصِيبَكُمْ مِنْهُمْ مَعَرَّةٌ بِغَيْرِ عِلْمٍ
لِيُدْخِلَ اللَّهُ فِي رَحْمَتِهِ مَنْ يَشَاءُ لَوْ تَزَيَّلُوا
لَعَذَّبْنَا الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْهُمْ عَذَابًا أَلِيمًا
( الفتح : 25 )
“Dan kalau tidaklah karena laki-laki yang mu'min dan
perempuan-perempuan yang mu'min yang tiada kamu ketahui, bahwa kamu
akan membunuh mereka yang menyebabkan kamu ditimpa kesusahan tanpa
pengetahuanmu . Supaya Allah memasukkan siapa yang dikehendaki-Nya ke
dalam rahmat-Nya. Sekiranya mereka tidak bercampur baur, tentulah Kami
akan mengazab orang-orang kafir di antara mereka dengan azab yang
pedih.” ( QS. Al Fath : 25 )
Jika bukan karena orang-orang yang beriman dan jika mereka tidak ada
maka akan turun siksaan untuk semua mereka yang kufur kepada Allah.
Ayat ini turun untuk penduduk Makkah sesudah Rasulullah hijrah, dimana
sebagian kaum muslimin yang lemah dilarang oleh kuffar quraisy untuk
hijrah, sebagian dari mereka rumahnya dikunci, ada yang dipasung atau
diikat dan dijaga dengan penjagaan yang sangat ketat sehingga mereka
tidak bisa berangkat ke Madinah Al Munawwarah, namun mereka orang-orang
kafir Qureisy tidak mengetahui bahwa sesunguhnya keberadaan
orang-orang yang beriman itulah yang menjadikan mereka selamat dari
murka Allah, jika di Makkah tidak ada lagi yang beriman atau
orang-orang yang beriman telah dibinasakan atau mereka keluar dari
Makkah maka Allah akan menumpahkan bala’ pada penduduk Makkah. Namun
kuffar quraisy tidak mengetahui kemulian mereka (para mu’minin)
sehingga mereka terus ditindas. Maka keberadaan para shalihin menjadi
benteng bagi yang lainnya. Dan malam ini dilaporkan telah hadir lebih
dari 50.000 muslimin muslimat, bahkan bukan hanya di temapt ini saja,
karena acara ini disiarkan secara langsung di streaming :
www.majelisrasullah.org/
sehingga penduduk diseluruh dunia bisa menyaksikannya diantaranya di
Denpasar, Bandung, Singapura, Malaysia dan wilayah-wilayah lainnya di
seluruh barat dan timur. Dan sebagian dari mereka ada yang mengambil
dari website ini kemudian disiarkan kembali di radionya masing-masing.
Al Imam Ibn Batthal Ar berkata di dalam syarh kitab Muwattha’ Al Imam
Malik tentang penjelasan hadits tadi, bahwa maksud hadits itu adalah
ketika seseorang mencapai kesempurnaan iman maka ia akan diberi
kefahaman oleh Allah subhanahu wata’ala bahwa hak dirinya dan
keluarganya lebih patut dikesampingkan dari hak Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam. Pendapat ini sejalan dengan perkataan hujjatul islam
Al Imam Ibn Hajar Al Asqalany yang menukil ucapan Al Imam Nawawy
rahimahullah, yang menukil ucapan hujjatul islam Al Imam Qadhi ‘Iyadh
rahimahullah yang mengatakan bahwa awal dari cinta kepada rasulullah
adalah bermula dari kesempurnaan iman, sehingga seseorang ingin hidup di
zaman rasulullah, ingin melihat wajah rasulullah, kemudian ia mulai
berfikir untuk lebih lagi menganut rasulullah dalam perbuatan bathin dan
zhahirnya, lalu ia mulai berfikir lagi untuk mengorbankan apa yang ada
pada dirinya demi cintanya kepada sayyidina Muhammad shallallahu
‘alaihi wasallam sebagaimana para shahabat mengorbankan nyawanya,
keluarganya dan hartanya demi nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi
wasallam. Hal seperti ini bukanlah kultus dalam syirik namun justru itu
merupakan kesempurnaan iman seseorang, demikian makna hadits riwayat
Shahih Al Bukhari dan Shahih Muslim. Dan kedua hadits ini didukung
dengan firman Allah subhanahu wata’ala :
النَّبِيُّ أَوْلَى بِالْمُؤْمِنِينَ مِنْ أَنْفُسِهِمْ وَأَزْوَاجُهُ
أُمَّهَاتُهُمْ وَأُولُو الْأَرْحَامِ بَعْضُهُمْ أَوْلَى بِبَعْضٍ فِي
كِتَابِ اللَّهِ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ وَالْمُهَاجِرِينَ إِلَّا أَنْ
تَفْعَلُوا إِلَى أَوْلِيَائِكُمْ مَعْرُوفًا كَانَ ذَلِكَ فِي الْكِتَابِ
مَسْطُورًا
(الأحزاب : 6 )
“ Nabi itu lebih utama bagi orang-orang mu'min dari diri mereka sendiri
,dan isteri-isterinya adalah ibu-ibu mereka. Dan orang-orang yang
mempunyai hubungan darah satu sama lain lebih berhak (waris mewarisi) di
dalam Kitab Allah daripada orang-orang mu'min dan orang-orang
Muhajirin, kecuali kalau kamu mau berbuat baik kepada saudara-saudaramu
(seagama), yang demikian itu telah tertulis di dalam Kitab (Allah).” (
QS. Al Ahzab : 6 )