Pages

Sunday, November 10, 2013

Khutbah Jum'at 1 November 2013: Pemuda, Modal Utama Suatu Bangsa



Pemuda merupakan modal penting suatu bangsa agar bisa menjadi bangsa yang maju. Karena bukan orang-orang tua yang akan membangun bangsa, tapi para pemuda lah yang akan membangun bangsa ini kedepannya. Di tangan para pemuda inilah nasib bangsa ini berada. Jika pemuda di suatu negara hancur, maka hancurlah negara itu.

Meskipun pemuda merupakan penentu nasib suatu bangsa, pemuda bukanlah penentu yang baik untuk hidupnya. Pemuda itu sangatlah mudah goyah pendiriannya, yang biasa kita sebut masih labil. Itulah kenapa, gazwul fikri alias perang pemikiran mengincar para pemuda islam. Para pemuda islam sedari dini dan sedari masih membangun jati dirinya terus menerus digempur oleh kebudayaan barat. Mereka terus-menerus memasukan hal-hal yang buruk ke dalam pikiran pemuda dengan mengemas hal buruk itu dengan indahnya dalam label 3 F (Fun, Food, Fashion). Sehingga para pemuda tidak sadar dan sulit membedakan mana yang baik dan mana yang buruk.

Oleh karena itu, selagi para pemuda kita sedang membangun jati dirinya, kita perlu membentengi mereka dengan keimanan yang kuat. Sehingga mereka tidak akan terpengaruh oleh lingkungan dan budaya yang buruk di sekelilingnya. Cobalah kita buka Al Quran kita, di sana kita bisa melihat banyak sekali kisah pemuda yang sukses dunia dan akhirat. Pemuda yang patut dicontoh akhlak dan perbuatannya. Marilah kita ambil kisah ashabul kahfi. Tujuh pemuda penghuni gua. Mereka adalah pemuda yang patut kita contoh. Contohlah bagaimana mereka mempertahankan keimanannya meskipun ancaman datang dari mana saja. Bahkan sampai mereka terjebak dalam gua dan dikepung prajurit yang akan menangkap mereka pun, mereka tetap mempertahankan keimanannya.

Dikisahkan dalam Al Quran, ada tujuh orang pemuda yang beriman kepada Allah swt. Karena keimanan mereka, raja pun marah dan menangkap mereka untuk selanjutnya dihukum mati. Akan tetapi, ternyata mereka berhasil kabur dengan bantuan tuan putri dan lari kedalam gua. Raja yang akhirnya mengetahui kaburnya tujuh pemuda ini pun langsung mengejarnya bersama tentaranya. Saat sampai di mulut gua tempat para pemuda ini bersembunyi, raja memerintahkan pasukannya untuk menyeret tujuh pemuda itu keluar untuk dibunuh. Namun mereka takut karena dari dalam gua terdengar suara harimau dan ular. Akhirnya seorang menteri mengusulkan agar mulut gua itu ditutup dengan menggunakan batu, dengan demikian para tawanan akan mati perlahan-lahan di dalam gua. Usulan itu pun akhirnya diterima oleh raja dan pintu gua langsung ditutup. Sementara itu, di dalam gua, ketujuh pemuda itu tertidur selama 309 tahun. Saat mereka bangun, tidak ada yang sadar berapa lama mereka tidur. Ada yang bilang hanya sehari, ada yang bilang setengah hari, dan ada pula yang mengatakan seminggu. Akhirnya, salah seorang dari tujuh pemuda itu pun diutus untuk membeli makanan di kota. Saat pemuda ini menyerahkan uang, ternyata uangnya sudah tidak berlaku lagi. Pemuda ini pun mengaku, ia dan beberapa temannya bersembunyi dalam gua dan tertidur. Akhirnya, rakyat kerajaan itu menyambut keluarnya ketujuh pemuda dari gua itu. Dan tak berapa lama setelah itu, ketujuh pemuda itu meninggal dunia.

Itulah contoh dari kisah pemuda yang patut kita tiru keberaniannya dalam mempertahankan keimanannya. Di mana di zaman sekarang sudah sangat sulit kita bisa menemukan yang seperti itu. Marilah kita sebagai pemuda yang akan mewarisi bangsa ini meneruskan perjuangan para pendahulu kita untuk membangun negara ini. Mari kita berikan yang terbaik untuk bangsa ini. Kita cari ilmu sebanyak-banyaknya agar kita bisa lebih baik dari pendahulu kita.

Shalat: Sebagai kebiasaan atau sebagai kewajiban




Apa bedanya shalat sebagai kebiasaan dan shalat sebagai kewajiban? Sebagian dari kita banyak yang menyepelekan hal ini sehingga menghilangkan esensi dan makna dari shalat itu sendiri. Bahkan ada sebagian dari kita yang justru tidak menyadari hal ini sehingga ia shalat tanpa ada rasa bersalah sedikitpun dalam hatinya. Untuk itulah kita harus tahu apa arti dan makna dari shalat yang kita lakukan selama ini. Supaya tidak selamanya shalat kita tanpa makna dan hanya menjadi sebuah kebiasaan.

Apa arti shalat? Shalat merupakan kumpulan do’a dan pujian-pujian kepada Allah yang dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam. Do’a dan pujian kita ini kita ucapkan dalam bahasa arab yang merupakan bahasa persatuan umat islam. Kenapa harus bahasa arab? Pertama, islam diturunkan di tanah Arab, itulah kenapa bahasa persatuan yang dipilih merupakan bahasa Arab. Kedua, bangsa Arab pada zaman turunnya islam merupakan bangsa yang pandai bersyair, sehingga ada banyak keindahan dalam bahasanya. Ketiga, jika tak ada bahasa persatuan, maka setiap orang akan seenaknya shalat dengan bahasanya masing-masing sehingga bacaan yang satu akan berbeda dengan bacaan yang lain. Lalu apa dampak dari penggunaan bahasa persatuan yang kita gunakan ini? Dampaknya adalah ada orang yang tidak mengerti apa yang sedang ia baca. Kecuali jika orang tersebut memang sudah paham dan mengerti bahasa Arab. Tapi bagaimana dengan orang yang masih awam alias masih belum mengerti bahasa Arab? Tentu saja ia akan membaca bacaan shalatnya dalam bahasa Arab tanpa merasa perlu tahu artinya.

Hal inilah yang membuat kaum muslim khususnya yang islam keturunan menjadi lemah imannya. Bukan hanya lemah imannya, akan tetapi juga dapat membuat ia semakin malas untuk shalat. Inilah yang kita sebutkan di atas tadi “shalat sebagai suatu kebiasaan”. Kita shalat, tapi hanya sebatas suatu rutinitas yang kita merasa perlu melakukannya, sama seperti makan, minum, tidur, dan lain-lainnya. Memang kelihatannya bagus, kita anggap shalat itu sebuah rutinitas yang mesti kita lakukan lima kali sehari. Tapi sebenarnya hal seperti itu bukanlah hal yang bagus. Kenapa? Karena kita shalat, tapi kita tidak menghayati shalat kita tersebut. Kita shalat, tapi kepala kita kosong karena menganggap shalat sebagai suatu hal yang biasa. Kita tidak menganggap shalat sebagai suatu hal yang istimewa, padahal saat shalat kita menghadap kepada tuhan kita. Dan kita bisa seenaknya meninggalkan shalat tanpa merasa berdosa karena kita merasa shalat itu suatu rutinitas yang kita kerjakan setiap harinya. Itulah bahayanya jika kita menganggap shalat sebagai suatu kebiasaan.

Lalu bagaimana dengan orang yang menganggap shalat sebagai suatu kewajiban? Orang tersebut akan sangat merasa berdosa sekali jika sekali saja ia meninggalkan shalat. Ia akan menghayati tiap shalat yang ia lakukan seakan-akan itu adalah shalat terakhir yang ia lakukan. Bagaimana cara agar kita bisa menjadi orang yang menganggap “shalat sebagai suatu kewajiban”? Caranya adalah dengan mengetahui dan memahami arti dari bacaan-bacaan shalat yang kita baca. Kelihatannya simpel dan mudah dilakukan kan? Tapi fakta menunjukan, hanya sepertiga umat islam yang mengerti arti dari bacaan shalat yang tiap hari ia baca. Sisanya? Wallahu’alam. Jadi, semakin jelas bagaimana kita shalat tapi seperti mayat yang hidup. Tubuh kita bergerak, mulut kita bergerak mengucapkan do’a dan pujian, tapi pikiran kita kosong melompong bagai manusia tanpa jiwa.

Maka dari itu, marilah kita berusaha untuk memahami dan mendalami arti dari bacaan shalat yang kita baca lima kali sehari. Agar kita semakin bisa menghayati shalat kita dan insyaAllah shalat kita bisa semakin khusuk. Seandainya seluruh umat islam mengerti arti dari bacaan shalatnya, insyaAllah masjid-masjid semakin penuh dan tidak ada umat islam yang rela meninggalkan shalat walaupun hanya sekali.

Friday, November 1, 2013

Syahadat: Sekedar Perkataan atau Lebih dari Sebuah Komitmen?






Syahadat merupakan rukun islam yang pertama dan utama. Syahadatlah pintu gerbang utama yang harus dilalui setiap umat islam dan setiap orang yang mau masuk islam. Tanpa syahadat kita tidak bisa disebut seorang muslim. Akan tetapi, banyak dari umat islam sendiri, terutama yang sudah islam sejak lahir atau islam keturunan tidak mengerti esensi dan makna dari syahadat itu sendiri. Karena banyak yang tidak mengerti inilah yang menyebabkan terciptanya sebuah aliran sesat bernama JIL (Jaringan Islam Liberal) yang menganggap tuhan selain Allah itu benar adanya.

Cobalah kita renungkan arti dari syahadat yang tiap hari kita baca dalam shalat dan azan kita. “Tiada tuhan selain Allah”. Nah, kita sudah mengakui, tidak ada tuhan lain selain Allah. Tapi kenapa masih banyak dari kita yang menganggap tuhan-tuhan agama lain benar adanya? Kenapa juga masih banyak dari kita yang masih ragu tiada tuhan selain Allah dengan abstain alias tidak menganggap tuhan agama lain benar tapi juga tidak menyalahkan tuhan mereka?

Jika kita bicara tentang syahadat, maka kita juga bicara tentang komitmen. Komitmen yang harus kita pegang erat-erat. Bahwa tuhan hanyalah Allah semata, tiada tuhan-tuhan lain. Itulah kenapa kalimat syahadat “tiada tuhan selain Allah”. Dan bukannya “Tuhanku adalah Allah”. Allah sengaja membuat kalimat syahadat merupakan peniadaan tuhan-tuhan lain selain Allah. Karena jika kita hanya mengucapkan “Tuhanku adalah Allah” maka bisa jadi ada tuhan-tuhan lain selain Allah karena kita tidak mengucapkan tiada tuhan lain, bisa jadi Allah hanyalah salah satu dari tuhan yang kita akui. Lalu bagaimana kita memegang komitmen kita itu? Sangatlah mudah, akuilah tuhan selain Allah itu salah. Jangan ragu-ragu lagi dengan abstain atau tidak berpendapat apapun. Yakinlah, katakanlah tuhan mereka salah. Jangan takut karena Allah lah yang bersama kita jika kita telah yakin bahwa hanya dialah tuhan kita.

Jadi, yang selama ini selalu mengatakan tuhan agama lain itu benar, ataupun yang tidak menyalahkan sekaligus tidak membenarkan, marilah kita ulang syahadat kita lalu kita pegang kuat-kuat dengan komitmen yang hebat. InsyaAllah kita akan dimasukan ke dalam hamba-hambanya yang beriman.